Dua
sahabat Alamanda Dwi Sartika alias Alma merupakan anak dari orang yang hidupnya
berkecukupan dan yang satunya Alda Kusumadewi, biasa dipanggil Alda anak dari
orang yang hidupnya sederhana. Mereka berdua sekolah di tempat yang sama yaitu
SD HARAPAN BANGSA 01 .
Alda
sepulang dari sekolah membantu ibunya berjualan kue keliling kampung dengan modal
yang tidak seberapa dari hasil jerih payah keluarganya. Alda tidak mau
mengecewakan orang tuanya ia belajar dengan sungguh-sungguh agar bisa
mebahagiakan kedua orang tuanya kelak.
Sementara
itu Alma sepulang dari sekolah dia hanya bermain laptopnya tanpa memikirkan
orang tuanya. Alma kelihatan nyantai saja dalam mengarungi kehidupan sehari-harinya,
termasuk masalah belajar tidak terlalu merisaukan, karena kalau nilainya jelek
ia beranggapan masih punya uang untuk menolong masa depannya.
Suatu
ketika Alma sedang membeli minuman di katin tidak disengaja Alda menyenggolnya
dan akhirnya minuman itu tumpah dan membasahi baju Alma.
“Gimana
sih kamu jalan kok gak liat-liat sih, basah tau baju aku”, sahut Alma dengan
wajah kesal.
“Maaf,
aku gak bermaksud menyenggol minuman kamu”, sahut Alda.
“Hah
maaf itu sih sudah biasa semua orang kalau punya salah pasti bilangnya cuma
maaf”, sahut Alma dengan dengan wajah cemberut.
“Terus
aku harus gimana?”, tanya Alda dengan penuh penyesalan di hatinya.
Alma
tidak menjawab pertanyaan Alda dia langsung pergi meninggalkan Alda.
Alda
merasa bersalah banget dan akhirnya sebelum pulang kerumah ia ingin menemui
Alma terlebih dahulu agar dia memaafkan nya.
“Alma
aku minta maaf atas kesalahan ku dikantin tadi, kamu mau kan memaafkan aku”,
pinta Alda yang hampir meneteskan air matanya.
Alma
pun menghiraukan Alda yang memohon agar dia mau memaafkannya. Sebetulnya Alda
tahu tabiat sahabatnya itu, yang memang sedikit sombong dan selalu ingin menang
sendiri. Walaupun Alma berwatak seperti itu, namun Alda tetap menganggap Alma
sebagai sahabatnya.
---------000---------
Dan
suatu ketika perusahaan ayahnya Alma gulung tikar, keluarga Alma pun jatuh miskin,
barang-barangnya pun habis untuk membayar utang kepada bank. Alma di sekolahnya
pun sering diejek oleh teman-temannya, karena biasanya Alma suka pamer
barang-barang mahal, tetapi sekarang dia sudah tidak punya apa-apa.
Namun
kalau teman-temannya yang sekarang suka mengejek Alma sangatlah berbeda Alda yang
terlihat sangat kasihan kepada Alma. Alda ingin membantunya tapi ia belum tahu
harus melakukan apa. Alda hanya ingin kalau Alma tetap menjadi teman baiknya.
“Alma
apa kamu mau jadi temen aku”, sahut Alda.
“Apa
kamu gak marah atas apa semua kesalahan yang telah aku perbuat selama ini”,
sahut Alma dengan penuh penyesalan.
“Enggak
aku sudah memaafkan kamu kok”, sahut Alda sambil tersenyum.
Alma
pun berlinang air mata ketika melihat senyum tulus sahabatnya yang selalu ia
sakiti itu. Dia betul-betul merasa bersalah kepada sahabatnya tersebut.
“Kalau
begitu aku mau jadi teman kamu, kamu mau kan mengangap aku sebagai best friend”, pinta Alma dengan berurai
air mata.
“Aku
mau….., asal kamu bisa berubah dan sabar atas apa yang kamu hadapi saat ini”,
sahut Alda.
Alma
hanya menganguk-angguk tersenyum, sambil memeluk erat sahabatnya itu. Dia sadar
sahabat yang baik itu selalu ada baik di saat dia sedang bahagia maupun di saat
dia sedang mengalami kesusahaan. Hal ini sangat berbeda dengan apa yang telah
dia lakukan selama ini. Alma tidak pernah peduli kepada teman-temannya, yang
penting baginya semua urusannya dipenuhi.
Sudah 3
bulan mereka menjalin persahabatan Alma dan Alda berencana membuat warung baso
untuk ayahnya Alma. Baso yang dibuat ayahnya Alma gak ada tandingannya. Mereka
mengumpulkan sisa tabungannya untuk menyewa ruko di dekat rumahnya