Minggu, 23 Desember 2012

KISAH ALMA DAN ALDA





Dua sahabat Alamanda Dwi Sartika alias Alma merupakan anak dari orang yang hidupnya berkecukupan dan yang satunya Alda Kusumadewi, biasa dipanggil Alda anak dari orang yang hidupnya sederhana. Mereka berdua sekolah di tempat yang sama yaitu SD HARAPAN BANGSA 01 .
Alda sepulang dari sekolah membantu ibunya berjualan kue keliling kampung dengan modal yang tidak seberapa dari hasil jerih payah keluarganya. Alda tidak mau mengecewakan orang tuanya ia belajar dengan sungguh-sungguh agar bisa mebahagiakan kedua orang tuanya kelak.
Sementara itu Alma sepulang dari sekolah dia hanya bermain laptopnya tanpa memikirkan orang tuanya. Alma kelihatan nyantai saja dalam mengarungi kehidupan sehari-harinya, termasuk masalah belajar tidak terlalu merisaukan, karena kalau nilainya jelek ia beranggapan masih punya uang untuk menolong masa depannya.
Suatu ketika Alma sedang membeli minuman di katin tidak disengaja Alda menyenggolnya dan akhirnya minuman itu tumpah dan membasahi baju Alma.
“Gimana sih kamu jalan kok gak liat-liat sih, basah tau baju aku”, sahut Alma dengan wajah kesal.
“Maaf, aku gak bermaksud menyenggol minuman kamu”, sahut Alda.
“Hah maaf itu sih sudah biasa semua orang kalau punya salah pasti bilangnya cuma maaf”, sahut Alma dengan dengan wajah cemberut.
“Terus aku harus gimana?”, tanya Alda dengan penuh penyesalan di hatinya.
Alma tidak menjawab pertanyaan Alda dia langsung pergi meninggalkan Alda.
Alda merasa bersalah banget dan akhirnya sebelum pulang kerumah ia ingin menemui Alma terlebih dahulu agar dia memaafkan nya.
“Alma aku minta maaf atas kesalahan ku dikantin tadi, kamu mau kan memaafkan aku”, pinta Alda yang hampir meneteskan air matanya.
Alma pun menghiraukan Alda yang memohon agar dia mau memaafkannya. Sebetulnya Alda tahu tabiat sahabatnya itu, yang memang sedikit sombong dan selalu ingin menang sendiri. Walaupun Alma berwatak seperti itu, namun Alda tetap menganggap Alma sebagai sahabatnya.
---------000---------
Dan suatu ketika perusahaan ayahnya Alma gulung tikar, keluarga Alma pun jatuh miskin, barang-barangnya pun habis untuk membayar utang kepada bank. Alma di sekolahnya pun sering diejek oleh teman-temannya, karena biasanya Alma suka pamer barang-barang mahal, tetapi sekarang dia sudah tidak punya apa-apa.
Namun kalau teman-temannya yang sekarang suka mengejek Alma sangatlah berbeda Alda yang terlihat sangat kasihan kepada Alma. Alda ingin membantunya tapi ia belum tahu harus melakukan apa. Alda hanya ingin kalau Alma tetap menjadi teman baiknya.
“Alma apa kamu mau jadi temen aku”, sahut Alda.
“Apa kamu gak marah atas apa semua kesalahan yang telah aku perbuat selama ini”, sahut Alma dengan penuh penyesalan.
“Enggak aku sudah memaafkan kamu kok”, sahut Alda sambil tersenyum.
Alma pun berlinang air mata ketika melihat senyum tulus sahabatnya yang selalu ia sakiti itu. Dia betul-betul merasa bersalah kepada sahabatnya tersebut.
“Kalau begitu aku mau jadi teman kamu, kamu mau kan mengangap aku sebagai best friend”, pinta Alma dengan berurai air mata.
“Aku mau….., asal kamu bisa berubah dan sabar atas apa yang kamu hadapi saat ini”, sahut Alda.
Alma hanya menganguk-angguk tersenyum, sambil memeluk erat sahabatnya itu. Dia sadar sahabat yang baik itu selalu ada baik di saat dia sedang bahagia maupun di saat dia sedang mengalami kesusahaan. Hal ini sangat berbeda dengan apa yang telah dia lakukan selama ini. Alma tidak pernah peduli kepada teman-temannya, yang penting baginya semua urusannya dipenuhi.
 Sudah 3 bulan mereka menjalin persahabatan Alma dan Alda berencana membuat warung baso untuk ayahnya Alma. Baso yang dibuat ayahnya Alma gak ada tandingannya. Mereka mengumpulkan sisa tabungannya untuk menyewa ruko di dekat rumahnya