Di sebuah desa Cikaso yang
dikelilingi bukit-bukit yang indah di bawah kaki gunung Ciremai. Sebagian besar
penduduk Cikaso bermata pencaharian sebagai petani.
Walaupun hidup dengan kesederhanaan,
namun penduduk Cikaso merasa nyaman dan selalu bersyukur atas pemberian Tuhan
tersebut. Begitupula dengan tiga sekawan itu adalah Muhammad Andi dan Zaenal
Ridwan, mereka biasa dipanggil Andi dan Ridwan. Satu lagi gadis manis dikenal
dengan nama Fatimah atau lengkapnya Nurul Fatimah Inzanita, mereka selalu
kompak dan ceria ditengah-tengah kesederhanaan keluarganya.
Suatu saat ketika Andi dan Ridwan
sedang berjalan-jalan keliling kampung, tiba-tiba seorang warga sedang membicarakan
buah yang menguntungkan dan tidak sengaja Andi dan Ridwan mendengar percakapan
warga.
Ridwan yang
sangat penasaran ingin mencari tahu tentang buah yang di bicarakan oleh warga tadi.
“Andi dimana
sih letak buah yang menguntungkan itu?”, tanya Ridwan dengan penuh keheranan.
“Sepertinya di
bukit yang ingin dijadikan perusahaan oleh seorang pengusaha yang terkenal itu,
tapi tidak jadi karena tidak diizinkan oleh pak kades”, sahut Andi.
Fatimah yang sejak tadi diam saja tiba-tiba menyela
percakapan Andi dan Ridwan.
“Hey apa sih
yang sedang kalian bicarakan?”, tanya Fatimah.
“Gini loh
tentang buah yang menguntungkan aku sama Ridwan ingin pergi kesana,apa kamu mau
ikut?”, sahut Andi.
“Mau mau mau ……banget
malah”, sahut Fatimah kegirangan.
“Oke besok aku
tunggu kalian di lapangan jam 07.30, jangan lupa bawa bekal buat dijalan”, sahut
Ridwan.
Tadi sewaktu Ridwan ingin mengajak
Andi pergi mencari buah yang menguntungkan itu, sebetulnya Andi sempat menolak ajakan Ridwan, akan
tetapi setelah dipikir-pikir Andi menerima ajakan Ridwan. Lain halnya dengan
Fatimah, gadis ini selalu penasaran terhadap hal-hal yang misterius dan
menantang. Oh iya mereka bertiga itu punya genk loh, nama genknya THE
HORST SWEETY.
Keesokan
harinya mereka bertemu di lapangan dan pergi untuk menemukan buah yang
menguntungkan itu, dengan segala perlengkapan camping, merekapun memulai
petualangan tersebut.
“Andi …kamu lupa bawa jas hujan
nggak?”, tanya Fatimah.
“Beres bu…lengkap termasuk senter dan
tenda!”, sahut Andi dengan sedikit dongkol karena Fatimah ini memang selalu
sedikit cerewet.
Tetapi belum lama mereka mendaki
bukit yang dimaksud sayup-sayup terdengar suara minta tolong. Bulu kuduk mereka
pada merinding, karena setelah tengok kesana-kemari tidak satupun terlihat
manusia atau hewan liar.
“Tuh…pada denger nggak…suara tadi”,
tanya Ridwan.
“Ssst….coba perhatikan pohon besar itu…!”,
tiba-tiba Fatimah dengan setengah berbisik menunjuk sebuah pohon besar di depan
mereka.
Dan ternyata yang meminta tolong itu
adalah suara pohon yang sangat besar. Merekapun dengan gemeteran memberanikan
diri mendekat kearah pohon besar tersebut.
Setelah diperhatikan ternyata pohon
tersebut merintih meminta tolong agar seseorang ada yang mau mengambil dua buah
ceri di dalam gua.
“Eee…mau..mau…”,
jawab mereka hampir berbarengan.
--------000-------
Merekapun kemudian berangkat mencari
gua yang dimaksud oleh pohon besar tersebut. Setelah berjalan kurang lebih 45
menit lamanya sampailah mereka di dekat air terjun yang indah. Air terjun ini
selalu dihiasi oleh pelangi yang menawan, akibat pantulan sinar matahari ke
arah butiran air yang berterbangan di sekitar air terjun tersebut.
“Dimana sih guanya?”, keluh Fatimah
sambil berjalan menuju kea rah air terjun.
“Katanya dekat air terjun, tapi
dimana yach, Andi coba kamu lihat sekali lagi di sekeliling air terjun ini”,
sahut Ridwan sambil mencuci mukanya.
“Gak ada…jangan-jangan bohong yach”,
teriak Andi
“He…jangan ngomong sembarangan kamu,
ntar penunggu pohon besar itu ngamuk lho!”, kata Fatimah sambil melotot ke arah
Andi
“Iya…iya…maaf”, jawab Andi singkat.
Setelah hampir 20 menit mencari dan
tidak kunjung ketemu, akhirnya mereka bertiga sepakat untuk beristirahat
dahulu. Bekal yang mereka bawapun mulai dibuka, untuk menganjal perut yang
sudah tidak mau berkompromi lagi.
“Fatimah…kamu bawa semur jengkol
nggak?”, tanya Andi kepada Fatimah.
Andi sangat mengenal keluarga Fatimah
yang suka semur jengkol. Bundanya Fatimah sangat jago memasak, bahan sayuran
apa saja kalau ditangan beliau pasti menjadi menu yang ajib enak sekali.
“Bawa nih…kalau pada mau ambil
sendiri”, kata Fatimah sambil menyodorkan semur jengkol kepada kedua sahabatnya
tersebut.
“Hei…lihat-lihat burung jalak putih
itu”, teriak Ridwan yang sejak tadi mengamati burung jalak yang terbang keluar
masuk di balik air terjun.
“Iya, jangan-jangan ada gua tuh
dibalik air terjun tersebut”, kata Andi penasaran.
“Ayo kita coba ke sana yuuk….!”, ajak
Fatimah.
“ Ia…tetapi masuk kedalam gua itu ada
syarat nya loh, kalau ada orang yang memanggil nama kita janganlah kita
menolehnya”, sahut Ridwan mengingatkan pesan dari pohon besar kepada kedua
temanya itu.
Dan tidak menunggu lama merekapun
berhamburan ke arah air terjun. Benar juga dugaan mereka, ternyata di balik air
terjun yang indah itu terdapat gua. Merekapun dengan hati-hati memasuki gua
tersebut. Diluar dugaan ternyata gua tersebut besar serta dipenuhi dengan
stalagmit dan stalagtit yang indah.
“Waduh indah betul gua ini”, teriak
Fatimah kegirangan.
Gua tersebut kira-kira luasnya 100 m2,
dengan langit-langit yang tingginya sekita 10 meteran. Suasana di dalam gua
benderang, karena mendapat sinar matahari dari balik air terjun. Di beberapa
sudut langit-langit terlihat beberapa sarang burung, salah satunya sarang
burung jalak putih tadi.
“Eh…lihat di atas batu itu”, kata
Ridwan sambil menunjuk batu besar ditengah-tengah gua tersebut.
“Itu khan buah ceri yang dimaksud
pohon besar itu”, kata Andi
“Coba..coba kita lihat ke sana!”,
sahut Fatimah sambil menyeret kedua tangan sahabatnya tersebut.
Akhirnya Ridwan mengambil dua buah
ceri itu. Dan akhirnya ia dapatkan dua buah ceri itu. Merekapun kemudian
membungkus kedua buah ceri itu untuk dibawa kepada pohon besar tadi.
Hari sudah mulai sore ketika mereka
sampai kembali di pohon besar itu. Dan tanpa menunggu lama Ridwan pun
menyodorkan buah ceri itu kepada pohon besar tersebut, lalu pohon itu memakan
buah itu ia pun kemudian menjadi pohon buah yang unik sekali. Pohon yang
berwarna kuning kemasan dengan daun-daun yang berkilauan terkena sinar matahari
sore.
Hari pun mulai malam Ridwan, Andi dan
Fatimah memutuskan untuk membuat tenda untuk bermalam.
Keesokan harinya
mereka dikejutkan dengan pohon unik itu,
ternyata dahan-dahannya dipenuhi dengan buah emas yang berlimpah. Apakah
buah itu buah keberuntungan yang dibicarakan oleh seorang warga.
Teryata benar, dan mereka bingung mau
di apakah emas-emas itu.
“Aku punya usul nih, bagaimana kalau
buah emas ini kita bagikan saja ke tetangga kita”, kata Fatimah.
“Setuju…!”, sahut Andi dan Ridwan berbarengan.
Akhirnya buah-buah emas itu dibagikan
kepada penduduk desa Cikaso dan mereka pun bisa hidup dengan makmur tanpa ada
yang kekurangan.