Minggu, 23 Desember 2012

BUAH YANG MENGUNTUNGKAN



      
Di sebuah desa Cikaso yang dikelilingi bukit-bukit yang indah di bawah kaki gunung Ciremai. Sebagian besar penduduk Cikaso bermata pencaharian sebagai petani.
Walaupun hidup dengan kesederhanaan, namun penduduk Cikaso merasa nyaman dan selalu bersyukur atas pemberian Tuhan tersebut. Begitupula dengan tiga sekawan itu adalah Muhammad Andi dan Zaenal Ridwan, mereka biasa dipanggil Andi dan Ridwan. Satu lagi gadis manis dikenal dengan nama Fatimah atau lengkapnya Nurul Fatimah Inzanita, mereka selalu kompak dan ceria ditengah-tengah kesederhanaan keluarganya.
Suatu saat ketika Andi dan Ridwan sedang berjalan-jalan keliling kampung, tiba-tiba seorang warga sedang membicarakan buah yang menguntungkan dan tidak sengaja Andi dan Ridwan mendengar percakapan warga.
         Ridwan yang sangat penasaran ingin mencari tahu tentang buah yang di bicarakan oleh warga tadi.
         “Andi dimana sih letak buah yang menguntungkan itu?”, tanya Ridwan dengan penuh keheranan.
         “Sepertinya di bukit yang ingin dijadikan perusahaan oleh seorang pengusaha yang terkenal itu, tapi tidak jadi karena tidak diizinkan oleh pak kades”, sahut Andi.
          Fatimah  yang sejak tadi diam saja tiba-tiba menyela percakapan Andi dan Ridwan.
          “Hey apa sih yang sedang kalian bicarakan?”, tanya Fatimah.
          “Gini loh tentang buah yang menguntungkan aku sama Ridwan ingin pergi kesana,apa kamu mau ikut?”, sahut Andi.
          “Mau mau mau ……banget malah”, sahut Fatimah kegirangan.
         “Oke besok aku tunggu kalian di lapangan jam 07.30, jangan lupa bawa bekal buat dijalan”, sahut Ridwan.
Tadi sewaktu Ridwan ingin mengajak Andi pergi mencari buah yang menguntungkan itu, sebetulnya  Andi sempat menolak ajakan Ridwan, akan tetapi setelah dipikir-pikir Andi menerima ajakan Ridwan. Lain halnya dengan Fatimah, gadis ini selalu penasaran terhadap hal-hal yang misterius dan menantang. Oh iya mereka bertiga itu punya genk loh, nama genknya THE HORST SWEETY.        
Keesokan harinya mereka bertemu di lapangan dan pergi untuk menemukan buah yang menguntungkan itu, dengan segala perlengkapan camping, merekapun memulai petualangan tersebut.
“Andi …kamu lupa bawa jas hujan nggak?”, tanya Fatimah.
“Beres bu…lengkap termasuk senter dan tenda!”, sahut Andi dengan sedikit dongkol karena Fatimah ini memang selalu sedikit cerewet.
Tetapi belum lama mereka mendaki bukit yang dimaksud sayup-sayup terdengar suara minta tolong. Bulu kuduk mereka pada merinding, karena setelah tengok kesana-kemari tidak satupun terlihat manusia atau hewan liar.
“Tuh…pada denger nggak…suara tadi”, tanya Ridwan.
 “Ssst….coba perhatikan pohon besar itu…!”, tiba-tiba Fatimah dengan setengah berbisik menunjuk sebuah pohon besar di depan mereka.  
Dan ternyata yang meminta tolong itu adalah suara pohon yang sangat besar. Merekapun dengan gemeteran memberanikan diri mendekat kearah pohon besar tersebut.
Setelah diperhatikan ternyata pohon tersebut merintih meminta tolong agar seseorang ada yang mau mengambil dua buah ceri di dalam gua.
“Eee…mau..mau…”, jawab mereka hampir berbarengan.

 --------000-------
Merekapun kemudian berangkat mencari gua yang dimaksud oleh pohon besar tersebut. Setelah berjalan kurang lebih 45 menit lamanya sampailah mereka di dekat air terjun yang indah. Air terjun ini selalu dihiasi oleh pelangi yang menawan, akibat pantulan sinar matahari ke arah butiran air yang berterbangan di sekitar air terjun tersebut.
“Dimana sih guanya?”, keluh Fatimah sambil berjalan menuju kea rah air terjun.
“Katanya dekat air terjun, tapi dimana yach, Andi coba kamu lihat sekali lagi di sekeliling air terjun ini”, sahut Ridwan sambil mencuci mukanya.
“Gak ada…jangan-jangan bohong yach”, teriak Andi
“He…jangan ngomong sembarangan kamu, ntar penunggu pohon besar itu ngamuk lho!”, kata Fatimah sambil melotot ke arah Andi
“Iya…iya…maaf”, jawab Andi singkat.
Setelah hampir 20 menit mencari dan tidak kunjung ketemu, akhirnya mereka bertiga sepakat untuk beristirahat dahulu. Bekal yang mereka bawapun mulai dibuka, untuk menganjal perut yang sudah tidak mau berkompromi lagi.
“Fatimah…kamu bawa semur jengkol nggak?”, tanya Andi kepada Fatimah.
Andi sangat mengenal keluarga Fatimah yang suka semur jengkol. Bundanya Fatimah sangat jago memasak, bahan sayuran apa saja kalau ditangan beliau pasti menjadi menu yang ajib enak sekali.
“Bawa nih…kalau pada mau ambil sendiri”, kata Fatimah sambil menyodorkan semur jengkol kepada kedua sahabatnya tersebut.
“Hei…lihat-lihat burung jalak putih itu”, teriak Ridwan yang sejak tadi mengamati burung jalak yang terbang keluar masuk di balik air terjun.
“Iya, jangan-jangan ada gua tuh dibalik air terjun tersebut”, kata Andi penasaran.
“Ayo kita coba ke sana yuuk….!”, ajak Fatimah.
“ Ia…tetapi masuk kedalam gua itu ada syarat nya loh, kalau ada orang yang memanggil nama kita janganlah kita menolehnya”, sahut Ridwan mengingatkan pesan dari pohon besar kepada kedua temanya itu.
Dan tidak menunggu lama merekapun berhamburan ke arah air terjun. Benar juga dugaan mereka, ternyata di balik air terjun yang indah itu terdapat gua. Merekapun dengan hati-hati memasuki gua tersebut. Diluar dugaan ternyata gua tersebut besar serta dipenuhi dengan stalagmit dan stalagtit yang indah.
“Waduh indah betul gua ini”, teriak Fatimah kegirangan.
Gua tersebut kira-kira luasnya 100 m2, dengan langit-langit yang tingginya sekita 10 meteran. Suasana di dalam gua benderang, karena mendapat sinar matahari dari balik air terjun. Di beberapa sudut langit-langit terlihat beberapa sarang burung, salah satunya sarang burung jalak putih tadi.
“Eh…lihat di atas batu itu”, kata Ridwan sambil menunjuk batu besar ditengah-tengah gua tersebut.
“Itu khan buah ceri yang dimaksud pohon besar itu”, kata Andi
“Coba..coba kita lihat ke sana!”, sahut Fatimah sambil menyeret kedua tangan sahabatnya tersebut.
Akhirnya Ridwan mengambil dua buah ceri itu. Dan akhirnya ia dapatkan dua buah ceri itu. Merekapun kemudian membungkus kedua buah ceri itu untuk dibawa kepada pohon besar tadi.
Hari sudah mulai sore ketika mereka sampai kembali di pohon besar itu. Dan tanpa menunggu lama Ridwan pun menyodorkan buah ceri itu kepada pohon besar tersebut, lalu pohon itu memakan buah itu ia pun kemudian menjadi pohon buah yang unik sekali. Pohon yang berwarna kuning kemasan dengan daun-daun yang berkilauan terkena sinar matahari sore.
Hari pun mulai malam Ridwan, Andi dan Fatimah memutuskan untuk membuat tenda untuk bermalam.
       Keesokan harinya mereka dikejutkan dengan pohon unik itu,  ternyata dahan-dahannya dipenuhi dengan buah emas yang berlimpah. Apakah buah itu buah keberuntungan yang dibicarakan oleh seorang warga.
Teryata benar, dan mereka bingung mau di apakah emas-emas itu.
“Aku punya usul nih, bagaimana kalau buah emas ini kita bagikan saja ke tetangga kita”, kata Fatimah.
“Setuju…!”, sahut Andi dan Ridwan berbarengan.
Akhirnya buah-buah emas itu dibagikan kepada penduduk desa Cikaso dan mereka pun bisa hidup dengan makmur tanpa ada yang kekurangan.